Selasa, 26 Mei 2015

skripsi pai pengaruh metode gambar

skripsi pai pengaruh metode gambar |  PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN BAITUL HIKMAH PURWOKERTO
Oleh :
NASHRULLAH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
skripsi pai pengaruh metode gambar  | Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap orang karena dengan pendidikan seseorang itu akan lebih mudah menuntun hidupnya ke arah yang lebih baik dalam hubungannya terhadap keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.
Bagian dari pendidikan secara umum adalah pendidikan agama. Dalam UUSPN No. 2/ 1989 Pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan agama. Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002: 75).
Dalam Islam mendidik anak merupakan kewajiban orang tua, kewajiban itu kemudian berkembang dengan adanya suatu lembaga yang di dalamnya terdapat Pendidikan Agama Islam yang timbul sebagai suatu akibat keterbatasan ilmu agama yang dimiliki orang tua dalam mendidik anaknya. Melalui Lembaga Pendidikan Nonformal seperti Taman Pendidikan Al-Qur'an diharapkan peserta didik dapat memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sebagaimana dengan tujuan pendidikan nasional yaitu menghasilkan produk pendidikan yang optimal. skripsi pai pengaruh metode gambar
Keberhasilan program pendidikan, ditandai dengan prestasi peserta didik yang baik dan sebaliknya apabila prestasi belajar peserta didik menurun, menandakan program tersebut belum dapat mencapai tujuan. Untuk mengetahui hasil suatu proses pembelajaran yaitu melalui evaluasi. Yang dimaksud evaluasi yaitu untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar para siswa dalam program pendidikan yang telah dilaksanakannya (Oemar Hamalik, 2002: 211).
Dalam proses pembelajaran, komunikasi memegang peranan penting dalam berhubungan antara guru dan peserta didik. Menurut Asnawir dan Basyiruddin Usman (2002: 1), bahwa keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Salah satu masalah yang timbul dalam bidang pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran adalah masalah verbalisme, yaitu anak dapat menghafal dan mengucapkan kata-kata tetapi tidak dapat memahami maksud atau artinya. Karena guru dalam menyampaikan bahan pengajaran hanya menggunakan bahasa lisan atau tulisan tanpa disertai alat pendukung yang lebih konkrit yang dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh guru.
Agar komunikasi antara guru dan peserta didik (dalam hal ini ditulis ustadz atau ustadzah dan santri) berlangsung baik dan informasi yang disampaikan ustadz atau ustadzah dapat diterima santri, maka perlu menggunakan media. Media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Asnawir dan Basyiruddin Usman, 2002: 11).
Rudi Bretz (1977) dalam Asnawir dan Basyiruddin Usman (2002: 27) mengklasifikasikan ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Salah satu dari tiga unsur pokok tersebut yaitu media visual (gambar). Dengan media tersebut santri akan lebih mudah mengingat penjelasan-penjelasan yang disertai dengan gambar. Menurut Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2007: 17) bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 118).
Di Taman Pendidikan Al-Qur’an Baitul Hikmah (selanjutnya dalam skripsi ini digunakan istilah TPA Baitul Hikmah Purwokerto), Pendidikan Agama Islam tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga penanaman tentang dasar-dasar agama Islam yang meliputi ibadah, akhlak dan aqidah. Karena dasar-dasar agama penting untuk didapatkan dan diamalkan santri sejak dini. Begitulah penuturan mas Heru (11 April 2009) yang merupakan salah satu ustadz di TPA tersebut. Kalau pendidikan agama itu tidak diberikan kepada si anak sejak ia kecil, maka akan sukar untuk menerimanya nanti kalau ia sudah dewasa (Zakiah Daradjat, 1999 : 107).
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan ustadz Heru diperoleh informasi bahwa : Pertama, di TPA Baitul Hikmah Purwokerto kurang memanfaatkan media gambar, pada pembelajaran yang paling sering digunakan adalah metode ceramah. Hal ini dimungkinkan karena terbatasnya media visual atau gambar yang ada. Kedua, kurangnya kreativitas ustadz atau ustadzah untuk membuat media pembelajaran khususnya media visual atau gambar. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul : “PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN BAITUL HIKMAH PURWOKERTO”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang salah, maka perlu adanya penjelasan dari judul yang ada. Skripsi ini berjudul Pengaruh Media Gambar Terhadap Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul tersebut.
a. Pengaruh Media Gambar
Pengaruh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 664) diartikan sebagai daya yang timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arif S. Sadiman. 2002: 6).
Gambar menurut Azhar Arsyad (2007: 113) yang dimaksudkan adalah foto, lukisan atau gambar, dan sketsa (gambar garis). Media gambar dalam skripsi ini adalah gambar atau lukisan, sketsa (gambar garis) sebagai sarana untuk mempermudah penyampaian materi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto. Media gambar tersebut antara lain gambar jadi dan gambar garis.
Adapun yang dimaksud pengaruh media gambar dalam skripsi ini adalah sesuatu yang ditimbulkan atau yang dihasilkan dari penggunaan media gambar yang digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Media gambar yang akan digunakan yaitu gambar orang bersuci (wudlu dan tayamum), gambar orang shalat, contoh gambar orang berbuat kebaikan dan kejelekan, dan sebagainya yang berkaitan dengan materi Pendidikan Agama Islam. Karena materi tersebut merupakan materi penunjang yang membutuhkan media sebagai alat bantu pengajaran.
b. Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dilakukan atau dikerjakan) (Sastrapraja, 1981: 390). Begitu juga menurut Thohirin (2005: 140) dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” yaitu apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar disebut prestasi belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Peraturan Pemerintah RI, 2008: 4).
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002: 75). Pendidikan Agama Islam yang dimaksud skripsi ini adalah materi agama Islam yang diajarkan pada TPA Baitul Hikmah Purwokerto yang mencakup tentang Ibadah, Akhlak, Aqidah, dan hafalan-hafalan (Doa-doa dan Juz ‘Amma).
Adapun prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai setelah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang diketahui dari hasil tes belajar Pendidikan Agama Islam.
c. TPA Baitul Hikmah Purwokerto
Taman Pendidikan Al-Qur'an adalah suatu lembaga non formal yang sangat strategis untuk menghapus buta baca tulis Al-Qur’an sesuai dengan misi utamanya, serta sebagai sarana untuk mengenalkan dasar-dasar Islam dan pengamalan hidup yang Islami kepada anak-anak (Sumber: Dokumentasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto). Pada TPA Baitul Hikmah Purwokerto terdapat tiga kelas, yaitu kelas TKA (Taman Kanak-kanak Al-Qur'an), kelas TPA A dan TPA B (Taman Pendidikan Al-Qur'an A dan B).
Kelas TKA (Taman Kanak-kanak Al-Qur'an) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia pra TK, TK dan SD kelas 1 (usia 4-6 tahun), yang menjadikan santri mampu membaca Al-Qur'an dengan benar sebagai target pokok. TPA A dan B (Taman Pendidikan Al-Qur'an A dan B) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia SD dan SMP (usia 7-14 tahun), yang menjadikan santri mampu membaca Al-Qur'an dengan benar sebagai target pokoknya.
Baitul Hikmah adalah nama sebuah lembaga pendidikan Al-Qur'an yang dipimpin oleh Bapak H. Muhammad Sunhaji, S. Ag. yang sampai sekarang masih menjadi pimpinan pada lembaga tersebut, tetapi karena beliau selalu sibuk dengan aktivitas mengajar di sekolah formal maka istrinya yang menjalankan kegiatan pengajian di TPA tersebut yang terletak di Purwokerto. Pada TPA istilah yang dipakai untuk sebutan anak didik atau siswa adalah dengan istilah santri, dan sebutan untuk guru adalah ustadz atau ustadzah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka pengertian judul skripsi ini adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang ditimbulkan oleh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalahnya yaitu: Adakah pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan Al-Qur'an Baitul Hikmah Purwokerto ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.
b. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan sumbangan referensi untuk meningkatkan prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.
b. Memperkaya pustaka tentang konsepsi media gambar di STAIN Purwokerto.

E. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka atau telaah pustaka ada beberapa teori yang akan dijelaskan di mana relevansinya dengan penelitian ini dan akan menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.
Amir Hamzah Suleiman dalam bukunya yang berjudul “Media Audio-Visual : Untuk Pengajaran, Penerapan dan Penyuluhan” menegaskan bahwa kalau seorang melihat sesuatu yang diperlukannya, dia akan tertarik dan hal itu menjadi dorongan baginya untuk mengetahui lebih banyak.
Arif S. Sadiman dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan” menegaskan bahwa perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan pemanfaatan media pendidikan.
Selain buku-buku di atas, peneliti juga menelaah beberapa skripsi diantaranya skripsi saudari Uswatun Khasanah (2006) yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqh Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Ma’arif NU 09 Kutawis Purbalingga” yang intinya adalah menganalisis tentang pengaruh media terhadap prestasi Pendidikan Agama Islam, namun media yang digunakan masih bersifat umum.
Juga di dalam skripsi saudara Mungkadi (2000) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMU I Purbalingga” yang intinya bahwa ada pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan alat peraga secara umum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat SMU.
Adapun penelitian yang akan penulis lakukan yaitu berjudul Pengaruh Media Gambar Terhadap Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan Al-Qur'an Baitul Hikmah Purwokerto. Sebenarnya penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama membahas tentang pengaruh media terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Namun, judul ini terdapat perbedaan pada jenis medianya yaitu lebih memfokuskan pada penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan pengaruhnya terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN BAITUL HIKMAH PURWOKERTO.

F. Variabel
Menurut Hact dan Farhady (1981), secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Sugiono, 2008: 60).
Dalam penelitian, umumnya variabel dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
1. Variabel Independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan variabel bebas adalah penggunaan media gambar.
2. Variabel Dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan variabel terikat adalah prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Hubungan variabel independen dan dependen adalah seperti bagan berikut ini:

Penggunaan Media Gambar Prestasi Pembelajaran PAI
(variabel independen) (variabel dependen)

G. Hipotesis
skripsi pai pengaruh metode gambar  | Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Saifudin Azwar, 2007: 49). Untuk mencari jawaban dari rumusan masalah di atas, maka diadakan penelitian dengan menggunakan hipotesis kerja sebagai berikut: “Ada pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto”.
Agar tidak terpengaruh oleh hipotesis kerja maka penulis mengajukan hipotesis nihil sebagai landasan pembuktian yang berbunyi: “Tidak ada pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto”.
Dengan demikian jika hipotesis nihil terbukti maka hipotesis kerja ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto. Sebaliknya, jika hipotesis nihil tidak terbukti maka hipotesis kerja diterima, yang berarti ada pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.



H. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lokasi penelitian. Karena penelitian itu masih sangat luas pengertiannya maka penulis spesifikkan jenis penelitian lapangannya yaitu eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2008: 107).
Maka dari itu, dalam penelitian ini penulis akan meneliti secara langsung tentang ada atau tidaknya pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi dari penulis dalam melakukan penelitian adalah pada TPA Baitul Hikmah yang terletak di Purwokerto Wetan, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Penulis memilih lokasi ini dengan alasan sebagai berikut:
a. TPA Baitul Hikmah Purwokerto memiliki jumlah santri ±180, dan telah memiliki kurikulum sendiri.
b. Di TPA Baitul Hikmah Purwokerto sudah tersedia media untuk Pendidikan Agama Islam, namun media tersebut terbatas dan belum dimanfaatkan secara maksimal.
c. Di TPA Baitul Hikmah Purwokerto belum pernah diadakan penelitian tentang Pengaruh Media Gambar Terhadap Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan (Suharsimi Arikunto, 2000: 116).
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:
1) Direktur TPA
Dari direktur atau pimpinan TPA akan diperoleh data atau informasi secara global maupun secara rinci mengenai keadaan dan situasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto dan gambaran tentang penggunaan media pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh ustadz atau ustadzah dalam proses pembelajarannya.
2) Ustadz atau ustadzah
Dari ustadz atau ustadzah akan diperoleh informasi tentang penggunaan media dan jenis-jenis media dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta tentang prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3) Santri TPA Baitul Hikmah Purwokerto
Dari santri melalui tes maka akan diperoleh data tentang ada tidaknya pengaruh dari penggunaan media gambar terhadap prestasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam menentukan besarnya subjek penelitian penulis menggunakan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2008: 118). Dalam penelitian ini penulis akan memilih dua kelas yang akan diteliti. Dari tiap kelas tersebut diambil sampel yang representatif (mewakili).
Adapun teknik pengambilan sampel yang representatif itu ada bermacam-macam, tetapi penulis akan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Karena melihat kondisi dan jumlah santri tiap kelasnya berbeda-beda.
Kelas pertama penulis jadikan kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan media gambar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan kelas yang kedua penulis jadikan kelas kontrol, yaitu kelas yang tidak menggunakan media gambar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian. Dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah tentang pengaruh media gambar terhadap prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan beberapa metode antara lain :
a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto, 1993: 128). Metode observasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data dan mengamati secara langsung letak dan kondisi TPA Baitul Hikmah Purwokerto serta proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dikelas khususnya dalam penggunaan media gambar yang dilakukan oleh ustadz atau ustadzah.
Dari hasil observasi ini, maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada santri melalui media gambar dan kondisi TPA akan menjadikan obyek yang akan peneliti amati secara jelas dan nyata apa adanya, untuk selanjutnya sebagai data empiris dari lapangan yang akan dianalisis.
b. Metode Tes
Untuk mendapatkan data utama yang berupa prestasi pembelajaran penulis menggunakan metode tes, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada santri tentang materi pendidikan agama Islam yang telah disampaikan sebelumnya.
Tes adalah cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana, 1986: 25).
Berdasarkan dari bentuk pertanyaan yang diberikan, tes hasil belajar yang biasa digunakan oleh ustadz untuk menilai hasil belajar santri dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: tes objektif dan tes essay. Dan dalam skripsi ini penulis akan menggunakan kedua jenis tersebut.
Dari jenis tes objektif ini, penulis menggunakan bentuk Multiple Choice. Item Multiple Choice adalah suatu item yang terdiri dari suatu statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen tersebut disediakan beberapa statemen sambungan. Salah satu diantaranya adalah merupakan sambungan yang benar, sedang yang lain adalah sambungan yang tidak benar (Nurkancana, 1986: 32).
Untuk essay dapat diartikan sebagai suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang dikehendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang (Nurkancana, 1986: 27).
Dalam skripsi ini jumlah soal yang akan penulis berikan kepada siswa adalah 15 soal, yang terdiri dari 10 soal multiple choice dan 5 soal essay.
1) Bobot skor tiap item
Dalam pemberian skor tiap item pada soal multiple choice jika jawaban benar mendapat skor 2, untuk skor essay penulis menggunakan bobot skor yang bervariasi berdasarkan lengkap tidaknya jawaban siswa dengan menggunakan skor maksimal 6 untuk setiap butir soal.
2) Penentuan nilai
Rumus yang digunakan untuk multiple choice adalah:

Keterangan:
S = Skor
R = Jumlah jawaban yang benar
W = Jumlah jawaban yang salah
Wt = Bobot nilai tiap butir
1 = konstanta
n = Jumlah optian (alternative yang disediakan tiap-tiap item) (Nurkancana, 1986: 67).
Dengan menggunakan rumus tersebut maka skor maksimum untuk soal multiple choice adalah 20. Kemudian untuk jumlah skor pada soal essay penulis hanya menjumlahkan skor dari masing-masing item jawaban siswa, dengan jumlah skor maksimal adalah 6 X 5 = 30. Jadi, total skor maksimal antara soal multiple choice dan essay adalah 20 + 30 = 50.
Kemudian untuk mencari nilai siswa adalah dengan rumus:

S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes tersebut
100 = Prosentase keberhasilan (Purwanto, 2002: 112)
3) Uji validitas tes
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur (Sumarna Surapranata, 2005: 50). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Ada beberapa cara pengujian validitas instrumen, namun dalam hal ini penulis hanya memilih pengujian validitas isi (content validity). Karena instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement).
Validitas isi sering pula dinamakan validitas kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus merujuk pada silabus, atau disusun berdasarkan materi pelajaran yang diajarkan di TPA tersebut serta dikonsultasikan ke ustadz atau ustadzahnya.
Teknik yang akan digunakan untuk menguji validitas isi pada instrumen tes tersebut yaitu menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:




Keterangan:
skripsi pai pengaruh metode gambar  | koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan (x = dan y = )
jumlah perkalian x dan y
kuadrat dari x
kuadrat dari y (Sumarna Surapranata, 2005: 58)
4) Uji reliabilitas tes
Adapun setelah uji validitas tes yaitu uji reliabilitas tes. Reliabilitas yaitu tingkat keajegan atau kemantapan hasil dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama (Sumarna Supranata, 2005: 90). Hasil pengukuran itu diharapkan akan sama apabila pengukuran itu diulangi.
Dalam melakukan uji reliabilitas ini, peneliti menggunakan teknik test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda.
c. Metode Interview atau Wawancara
Interview adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2005: 165). Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung kepada direktur atau pimpinan TPA tentang sejarah berdiri TPA, struktur kepengurusan, keadaan sarana prasarana dan lainnya yang berkaitan dengan TPA. Dan kepada ustadz tentang bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang sifatnya dokumenter, seperti dasar tujuan TPA, jumlah pengelola, ustadz atau ustadzah dan santri, kurikulum. Data-data tersebut dapat diperoleh dari catatan, arsip dokumen, transkrip, buku, dan buku-buku agenda lainnya.
5. Metode Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun metode analisa data dalam penelitian ini adalah metode analisa kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono, 2008: 14).
Dalam menganalisa data tersebut yang penulis peroleh dari hasil post test siswa, sehingga menggunakan rumus t-test yaitu:

Keterangan :
dan = masing-masing adalah mean dari kelompok kontrol dan mean dari kelompok eksperimen.
Σ = Jumlah deviasi dari mean perbedaan
N = jumlah subyek (Sutrisno Hadi, 2004: 226)
Dalam proses pengambilan kesimpulan dari hipotesis penelitian yaitu analisis t-test dikonsultasikan dengan nilai t-tabel. Selanjutnya diinterpretasikan dengan taraf signifikasi 5% dan 1%. Apabila nilai t-test berada di atas t-tabel baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1%, artinya terdapat pengaruh yang sangat signifikasi antara media gambar terhadap prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam.

I. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka terlebih dahulu penulis kemukakan sistematika penulisan secara singkat.
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub bab. Bagian Awal memuat: halaman judul, halaman pernyataan keaslian, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.
Bab I adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, variabel, hipotesis, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab II adalah teori-teori tentang media gambar yang meliputi tiga sub bab yaitu: sub bab pertama tentang media gambar yang berisi tentang pengertian media gambar, syarat media gambar, kelebihan dan kekurangan media gambar, macam-macam media gambar, jenis-jenis media gambar yang potensial digunakan pada pembelajaran pendidikan agama Islam. Sub bab kedua tentang prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang berisi pengertian prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam, dasar dan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, materi pembelajaran pendidikan agama Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam, evaluasi hasil pembelajaran pendidikan agama Islam.
Bab III berisi tentang gambaran umum Taman Pendidikan Al-Qur'an Purwokerto yang terdiri dari: sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, dasar dan tujuan TPA, keadaan pengelola, ustadz/ustadzah dan santri, sarana dan prasarana, serta kurikulum.
Bab IV berisi tentang hasil penelitian meliputi: pelaksanaan penelitian, penyajian data dan analisis data.
Bab V penutup yang meliputi: kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. Bagian akhir skripsi ini meliputi: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.



BAB II
MEDIA GAMBAR DAN PRESTASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Media Gambar
1. Pengertian Media Gambar
Kata media berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara. Dalam bahasa Arab, media disebut wasail bentuk jama’ dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga tengah. Karena posisinya berada di tengah ia disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang menghantarkan atau menghubungkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya (Yudhi Munadi, 2008: 6).
Kata media memiliki arti yang beragam, tergantung pada konteks apa istilah tersebut melekat mengingat kata tersebut telah dipakai secara luas pada banyak bidang. Berikut ini merupakan pengertian media menurut beberapa pendapat:
a. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Arief S. Sadiman, 2002: 6).
b. NEA (National Education Association) menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya (Arief S. Sadiman, 2002: 6).
Gambar adalah foto, lukisan atau gambar, dan sketsa (gambar garis) (Azhar Arsyad, 2007: 113). Ia merupakan media visual yang penting dan mudah didapat. Sebab ia dapat mengganti kata verbal, mengkonkritkan sesuatu yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan oleh kata-kata (Yudhi Munadi, 2008: 89).
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa media gambar merupakan media yang dapat dilihat oleh indera penglihatan yang diperjelas melalui gambar-gambar dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan anak dalam memahami pelajaran secara lebih cepat.
2. Syarat Media Gambar
Media gambar yang baik adalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Harus autentik, yaitu gambar tersebut haruslah jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.
b. Sederhana, yaitu komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
c. Ukuran relatif, yaitu gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda sebenarnya.
d. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, yang memperlihatkan aktivitas tertentu.
e. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Arief S. Sadiman dkk., 2002: 31-32).
3. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar
Media gambar mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
a. Gambar bersifat konkret.
b. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang.
c. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia.
d. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah, karena itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah.
e. Gambar-gambar mudah didapat dan murah.
f. Mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa.hal.63-64. (Oemar Hamalik. 1989: 63-64)

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media gambar mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
a. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.
b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar (Arief S. Sadiman dkk., 2002: 31).
Meskipun ada pernyataan bahwa media gambar mempunyai beberapa kelemahan, tetapi media gambar tetap merupakan media yang paling umum dipakai, yang dapat dimengerti dan dipahami di mana saja. Media gambar juga mudah didapat, baik dari brosur-brosur, poster-poster, majalah-majalah yang berisi gambar-gambar yang bagus dan tinggi mutunya, dan dari segi warna baik hitam putih maupun warna-warni, atau dengan membuat media gambar yang sederhana, dengan menggunakan teknik garis dan lingkaran.
4. Macam-macam Media Gambar
Media gambar terbagi atas:
a. Gambar Jadi
Gambar jadi yaitu gambar-gambar yang diambil dari majalah, booklet, brosur, selebaran, dan lain-lain. Dari berbagai sumber seperti tersebut di atas, diharapkan tersedia gambar yang sesuai dengan isi pelajaran.
Gambar yang dikumpulkan dan dipilih untuk digunakan dalam penyampaian materi pelajaran sebaiknya difotocopy, kemudian gambar-gambar itu digabung dengan label judul dengan huruf-huruf lekat (misalnya rugos). Hasilnya dapat difotocopy atau difoto kemudian dicetak diatas kertas fotografi yang baik dengan ukuran yang diinginkan (Azhar Arsyad, 2007: 114).
b. Gambar Garis
Gambar garis merupakan gambar sederhana yang dapat dibuat sendiri pada papan tulis ketika berada di kelas atau dipersiapkan lebih dahulu pada lembar karton atau kertas yang sesuai.
Gambar garis dapat digunakan pada media flash card (kartu kecil yang berisi gambar, teks dan biasanya berukuran 8 x 12 cm). Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Gambar garis juga dapat digunakan pada strip story yang merupakan potongan-potongan kertas yang berisi tulisan, yang diharapkan siswa dapat menyusun tulisan-tulisan menjadi satu untaian (Azhar Arsyad, 2007: 115-125).
5. Jenis-jenis Media Gambar yang Potensial Digunakan pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto
a. Gambar Jadi
Gambar jadi cocok digunakan untuk materi Ibadah tentang shalat, bersuci (wudlu dan tayamum), materi Akhlak tentang akhlak terpuji dan akhlak tercela, karena menampilkan gambar-gambar yang diambil dari majalah, selebaran dan lainnya. Dengan gambar jadi ini, santri dapat mengetahui secara konkrit tentang: shalat, wudlu atau tayamum, maupun materi akhlak terpuji dan tercela.
b. Gambar Garis
Untuk gambar garis yang digunakan adalah dengan media flash card (kartu kecil yang berisi gambar, teks) yaitu untuk materi Aqidah (keimanan), misalnya: tentang bukti adanya Allah dengan menampilkan gambar ciptaan-ciptaan-Nya di atas flash card.
Selain media flash card, gambar garis juga menggunakan strip story (potongan-potongan kertas berisi tulisan atau gambar) cocok digunakan untuk materi hafalan surat-surat pendek, dan doa-doa keseharian. Dengan strip story santri dapat menyusun potongan-potongan kertas secara urut sesuai materi yang disampaikan oleh ustadz atau ustadzah yang sebelumnya telah diacak terlebih dahulu. Sehingga santri akan mudah menghafal dan memahami materi hafalannya.

B. Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dilakukan atau dikerjakan) (Sastrapraja, 1981: 390). Menurut Tohirin (2005: 140) dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, mengemukakan bahwa prestasi belajar yaitu apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Peraturan Pemerintah RI, 2008: 4). Selanjutnya dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mengemukakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (2008: 2).
Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (2008: 86). Berarti pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu usaha secara sadar dan terencana yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam, melalui bimbingan-pengajaran dan latihan serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya untuk mencapai suatu tujuan
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam diartikan sebagai bukti keberhasilan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu hasil belajar atau prestasi belajar pendidikan agama Islam yang diketahui melalui hasil tes belajar pendidikan agama Islam.
2. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah menurut Zuhairini yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani (2005: 132-133) dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu:
a. Dasar Yuridis/Hukum
Yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal.
Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut ada 3 macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar operasional, yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia yaitu terdapat dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 jo.Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 dan Tap MPR No.11/MPR/1993 tentang GBHN.
b. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur'an maupun Hadits. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

1) Dalam surat An Nahl (16): 125, yang berbunyi:
       
Artinya : ”Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”.
2) Hadits Nabi
بلغوا عنى ولو اية (رواه البخارى)
Artinya : “Sampaikanlah apa yang dariku walaupun hanya satu ayat”. (HR. Buchori)
c. Dasar Sosial Psikologis
Semua manusia selama hidup di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan-Nya. Mereka akan merasakan tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada dzat yang maha kuasa.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar Ra’du (13) : 28 yang berbunyi:
      
Artinya : ”Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”.
Adapun tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Menurut Marasudin Siregar yang dikutip oleh Yunus Namsa (2000: 33). Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah keseluruhan dan ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang meliputi hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan dirinya dan dengan alam sekitarnya. Dalam penjabarannya meliputi Akidah, Syari'ah dan Akhlak. Kemudian dikembangkan melalui disiplin bidang kajian atau disiplin ilmunya seperti Tafsir Hadits, Tauhid/Ilmu Kalam, Fiqh, Akhlaq Tasawuf dan sebagainya (Yunus Namsa, 2000: 23).
Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
c. Hubungan manusia dengan dirinya
d. Hubungan manusia dengan makhluk dan lingkungannya.
Adapun materi pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi 7 unsur pokok yaitu: Keimanan, Ibadah, Al-Qur'an, Akhlak, Muamalah, Syari'ah, Tarikh. Materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di TPA Baitul Hikmah Purwokerto, keseluruhannya meliputi:
a. Akidah dan akhlak
b. Belajar membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
c. Hafalan bacaan dan praktek shalat
d. Hafalan surat pendek dan ayat-ayat pilihan
e. Hafalan adab dan doa sehari-hari serta hadits
f. Menulis arab
g. Tajwid
h. Tarikh (Sumber: Dokumentasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto)
Sedangkan materi yang sedang diajarkan pada semester ini yang akan penulis sediakan media gambarnya meliputi:
a. Ibadah dan Tatacara bersuci :
• Wudlu
• Tayamum
• Praktek Shalat
• Hafalan bacaan shalat
• Hafalan surat pendek dan ayat-ayat pilihan
• Hafalan doa keseharian
b. Aqidah dan Akhlak:
• Rukun Iman
• Akhlak Mahmudah (terpuji)
• Akhlak Madzmumah (tercela)
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap santri, karena melalui belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil pengalamannya di lingkungan.
Dalam buku yang berjudul “Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru” karya Muhibbin Syah (1995 : 132-140), menegaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam:
a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi dua aspek yakni:
1) Aspek Fisiologis
• Kondisi fisik
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
• Kondisi panca indera
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.

2) Aspek Psikologis
• Tingkat kecerdasan atau inteligensi
Semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk sukses.
• Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif naupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan guru merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan guru, apalagi jika diiringi kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar.
• Bakat
Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Orang tua kadang kurang bijaksana dalam menentukan studi anaknya, ketidaksesuaian antara studi dengan bakat anak dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap prestasi belajarnya.
• Minat
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Misalnya, seorang siswa menaruh minat besar terhadap pelajaran agama akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Karena pemusatan pehatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
• Motivasi
Motivasi yaitu keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari dua macam sebagai berikut:
1) Lingkungan sosial
• Lingkungan sosial sekolah
Di dalamnya termasuk para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

• Lingkungan sosial siswa
Yaitu masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
2) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
c. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning)
Yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Menurut Biggs (1991) yang dikutip dari buku karya Muhibbin Syah (1995: 129), menyatakan bahwa pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar) yaitu:
1) Pendekatan surface (permukaan atau bersifat lahiriah)
2) Pendekatan deep (mendalam)
3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya; mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
Sedangkan siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasakan membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya.
Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya. Dia memiliki keterampilan belajar (study skills) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang, kerja, dan penelaahan isi silabus.
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali.
5. Evaluasi Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan (Chabib Thoha, 1994: 1).
Menurut Eddy Soewardi Kartawidjaja, evaluasi yaitu proses menentukan nilai sesuatu; bersifat kualitatif (1987: 4).
a. Fungsi Evaluasi Hasil Belajar
Ada beberapa fungsi mengenai diadakannya evaluasi hasil belajar yaitu sebagai berikut:
1) Evaluasi berfungsi selektif.
2) Evaluasi berfungsi diagnostik.
3) Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.
4) Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan (Daryanto, 1999:15-16).

b. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar
1) Menilai ketercapaian (attainment) tujuan.
2) Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi.
3) Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui.
4) Memotivasi belajar siswa.
5) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.
6) Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum (Sukardi, 2008: 10).

c. Teknik Evaluasi Hasil Belajar
Secara garis besar, evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam, diantaranya yaitu:
1) Teknik Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Teknik tes ini digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

2) Teknik Non Tes
Teknik non tes dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (dokumentary analysis). (Anas Sudijono, 1996: 65-76).
Karena penulis bertujuan mengetahui dan menilai hasil belajar atau prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam, maka penulis dalam mengevaluasi hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dengan metode tes tentang materi pendidikan agama Islam.
.












BAB III
GAMBARAN UMUM TAMAN PENDIDIKAN Al-QUR'AN
BAITUL HIKMAH PURWOKERTO

A. Sejarah Berdirinya
Berdirinya sebuah lembaga tentunya ada faktor yang menyebabkan lembaga ini berdiri, baik itu karena faktor lingkungannya maupun faktor-faktor lainnya. Begitu pula halnya Taman Pendidikan Al-Qur’an Baitul Hikmah Purwokerto, awal pendirian lembaga pendidikan non formal ini adalah adanya pengajian rutin yang dilaksanakan setiap ba’da maghrib bagi anak-anak lingkungan setempat di Masjid Baitul Hikmah.
Akan tetapi karena pengajian tersebut belum terkoordinir, anak-anak berangkat sekehendak mereka sendiri. Ada yang rajin setiap hari, dan ada juga yang jarang berangkat. Akhirnya dalam pembelajaran mengalami kesulitan dan anak-anak yang rajin berangkatpun merasa bosan. Akhirnya salah satu dari pengajar atau ustadzah yaitu ibu Dra. Hj. Siti Nurhidayati memiliki ide untuk mendirikan TPA. Dan beliau sering mengikuti seminar dan pelatihan guru ngaji.
Berawal dari hal tersebut ibu Dra. Hj. Siti Nurhidayati beserta teman-teman menawarkan ke warga setempat yang mempunyai anak dari rumah ke rumah dengan memberikan formulir untuk mengikuti pengajian dengan biaya administrasi yang sangat murah. Akhirnya dengan santri yang awalnya berjumlah 29 anak, pada tanggal 2 Januari 1991, TPA Baitul Hikmah berdiri dan pembelajaran masih dilakukan di Masjid Baitul Hikmah. Setelah empat bulan kemudian pengurus dan sekaligus pengajar TPA mengadakan demonstrasi ke jama’ah masjid, yaitu dengan cara para jama’ah membuka Iqra dan Al-Qur’an dengan bebas, kemudian anak-anak yang mengaji di TPA tersebut disuruh membaca. Dan ternyata semua anak lancar membaca, padahal mereka ada yang masih TK. Dari situlah sampai sekarang TPA tersebut mendapat kepercayaan dari masyarakat. Sehingga, sekarang TPA Baitul Hikmah sudah memiliki gedung sendiri yang sedang dalam proses pembangunan dengan jumlah santri yang terus bertambah setiap tahun. (Sumber: Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Siti Nurhidayati, pada tanggal 14 Desember 2009)

B. Letak Geografis
TPA Baitul Hikmah yang menjadi lokasi penelitian ini adalah sebuah lembaga pendidikan non-formal di bawah naungan Departemen Agama Kabupaten Banyumas, yang secara geografis letaknya berada di Jalan Penatusan Kelurahan Purwokerto Wetan Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Dilihat dari lokasinya, kawasan gedung TPA Baitul Hikmah ini sangat strategis dan mudah dijangkau karena dekat dengan jalan raya. Kemudian lingkungan dan kondisi TPA cukup memberikan kondusif untuk melaksanakan tugas belajar mengajar walaupun sebenarnya pelaksanaannya sementara masih di Masjid Baitul Hikmah karena gedung TPA-nya masih dalam pembangunan.
Adapun secara geografis TPA Baitul Hikmah Purwokerto dibatasi oleh:
1. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Sebelah utara : MI Negeri Purwokerto
3. Sebelah timur : Perumahan penduduk dan jalan raya
4. Sebelah selatan : Masjid Baitul Hikmah dan TK Aisyiyah (Sumber: Observasi pada tanggal 11 April 2009).

C. Struktur Organisasi
Suatu lembaga tidak akan berhasil apabila tidak ditunjang dengan pembagian kerjasama yang baik dan teratur, sehingga kemungkinan terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan program pendidikan dapat terhindari.
Dalam hal ini TPA Baitul Hikmah Purwokerto sebagai lembaga pendidikan non-formal dalam segala aktivitasnya telah menyusun struktur organisasi beserta tugas dan wewenangnya.
Adapun Susunan Pengurus TPA Baitul Hikmah Purwokerto Wetan Tahun Ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:
1. Direktur TPA : H. Muhammad Sunhaji, S. Ag
2. Sekretaris : Said Akmala
3. Bendahara Umum : Dra. Hj. Siti Nurhidayati
4. Koordinator Tabungan : Nida Imanika
5. Koordinator Donatur : Darwin
6. Koordinator Gaji : Yanuar Suprapti
7. Koordinator Sarana Prasarana : Dwi Indri S.
8. Sarana Prasarana : Cahya Tri Utami
9. Wali kelas
a. Kelas TKA & Khusus A : Yanuar Suprapti & Rusmiyati
b. Kelas TPA A & Khusus B : Heru Herawan & Hanggar Susilo
c. Kelas TPA B & Khusus C : Anggun & Mardianto Wibowo
10. Guru EBTA : H. Muhammad Sunhaji, S. Ag
Dra. Hj. Siti Nurhidayati
(Sumber: Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Siti Nurhidayati, pada tanggal 14 Desember 2009)

D. Dasar dan Tujuan Taman Pendidikan Al-Qur’an
1. Dasar keberadaan TPA
Adapun dasar pemikiran TPA Baitul Hikmah Purwokerto yaitu sebagai berikut:
a. Dasar religius
1) QS. At Tahrim ayat : 6
       . . .
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. . .”
2) QS. Thoha ayat : 124
    •       
Artinya : “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
3) Hadits Rosulullah SAW yang artinya: “Didiklah anak-anakmu tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabimu dan membaca Al-Qur’an” (HR. Thabrani)
b. Dasar yuridis
Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003, yang di dalamnya mencantumkan Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai salah satu lembaga pendidikan. (Sumber: Dokumentasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto, dikutip pada tanggal 14 Desember 2009)
2. Tujuan TPA
Tujuan dari TPA Baitul Hikmah Purwokerto adalah menyiapkan generasi Qur’ani sejak dini, yaitu generasi yang mampu dan gemar membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, memahaminya, menghayatinya serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan ini, TPA Baitul Hikmah Purwokerto mempunyai target-target operasional yaitu sebagai berikut:
a. Santri berakidah dan berakhlak Islam
b. Santri dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah hukum tajwid
c. Santri mampu dan rajin melaksanakan shalat fardhu serta gemar memakmurkan masjid
d. Santri hafal dan paham doa shalat serta menguasai kaifiah/ tata caranya
e. Santri hafal dan faham beberapa adab dan doa sehari-hari berikut artinya. Santri hafal beberapa surat pendek Al-Qur’an dan ayat-ayat pilihan
f. Santri dapat menulis Al-Qur’an (arab)
g. Santri memiliki Pengetahuan Agama Islam (PAI). (Sumber: Dokumentasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto, dikutip pada tanggal 14 Desember 2009)

E. Keadaan Pengelola, Ustadz/ ustadzah, dan Santri
1. Keadaan pengelola
Jumlah pengelola yang menangani TPA Baitul Hikmah Purwokerto sebanyak 22 orang. Pengelola ada yang merangkap menjadi tenaga pengajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Keadaan Pengelola TPA Baitul Hikmah Purwokerto
Tahun ajaran 2009/ 2010

No. Nama Jabatan
1. H.Muhammad Sunhaji, S. Ag Pimpinan TPA
2. Dra. Hj. Siti Nurhidayati Bendahara Umum
3. Said Akmala Sekretaris
4. Nida Imanika Koord. Tabungan
5. Darwin Koord. Donatur
6. Yanuar Suprapti Koord. Gaji & wali kelas TKA
7. Dwi Indri S. Koord. Sarana Prasarana
8. Cahya Tri Utami Sarana Prasarana
9. Heru Herawan Wali Kelas TPA A
10. Anggun S. Wali Kelas TPA B
11. Rusmiyati Wali Kelas Khusus A
12. Hanggar Susilo Wali Kelas Khusus B
13. Mardiyanto Wibowo Wali kelas Khusus C
14. Senja Riyadi Ustadz
15. Yogi Febrian Ustadz
16. Kartini Ustadzah
17. Ummu Hani Ustadzah
18. Sarifatul M Ustadzah
19. Suhartini Ustadzah
20. Reni Pancawati Ustadzah
21. Ayu Laxmita Ustadzah
22. Nur Aliyah Ustadzah
(Sumber: Dokumentasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto, dikutip pada tanggal 14 Desember 2009)
2. Keadaan ustadz/ ustadzah
Ustadz/ ustadzah di TPA Baitul Hikmah Purwokerto Wetan berjumlah 21 orang. Dari kesemuanya berbeda-beda tingkat pendidikannya. Ada yang sudah Sarjana atau calon Sarjana (S-1), ada yang lulus Diploma (D-II), dan ada yang lulus atau masih Sekolah Menengah Atas (SMA), serta ada pula yang masih Sekolah Menengah Pertama (SMP). (Sumber: Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Siti Nurhidayati, pada tanggal 14 Desember 2009)
Tabel 2
Tabel Daftar Ustadz dan Ustadzah TPA Baitul Hikmah Purwokerto
Tahun Ajaran 2009/2010
No. Nama Pendidikan Lama Mengajar
1. H.Muhammad Sunhaji, S. Ag S-1 18 tahun
2. Dra. Hj. Siti Nurhidayati S-1 18 tahun
3. Hanggar Susilo SMA 10 tahun
4. Heru Herawan SMA 10 tahun
5. Suhartini S-1 10 tahun
6. Mardianto Wibowo SMA 7 tahun
7. Anggun S. SMA 7 tahun
8. Yanuar Suprapti S-1 4 tahun
9. Ayu Laxmita SMP 2 tahun
10. Reni Pancawati SMP 2 tahun
11. Dwi Indri S. SMA 2 tahun
12. Nur Aliyah S-1 2 tahun
13. Yogi Febrian SMP 2 tahun
14. Senja Riyadi SMP 2 tahun
15. Said Akmala SMP 1 tahun
16. Kartini D-II 1 tahun
17. Ummu Hani SMP 1 tahun
18. Sarifatul M S-1 1 tahun
19. Rusmiyati SMA 1 tahun
20. Cahya Tri Utami SMP 1 tahun
21. Nida Imanika SMP 1 tahun
(Sumber: Dokumentasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto, dikutip pada tanggal 14 Desember 2009)
3. Keadaan santri
Santri yang belajar di TPA Baitul Hikmah Purwokerto saat ini berjumlah 180 anak. Mereka terdiri dari anak-anak yang belum sekolah dan yang bersekolah yaitu pra TK, TK, SD dan SMP. Kemudian mereka dibagi menjadi 3 kelas yaitu Kelas TKA yang terdiri dari anak-anak pra TK, TK dan SD kelas 1, Kelas TPA A terdiri dari anak-anak yang bersekolah di SD kelas 2 dan 3 ,dan Kelas TPA B terdiri dari anak-anak yang bersekolah di SD kelas 4, 5, 6 dan SMP. Kelas TKA berjumlah 40 santri, kelas TPA A berjumlah 53, dan kelas TPA B berjumlah 87 santri. Di TPA Baitul Hikmah Purwokerto juga terdapat kelas khusus A (TKA), B (TPA A), dan C (TPA B), yaitu kelas yang santrinya jarang aktif.
Namun, dalam proses pembelajarannya dibagi lagi menjadi beberapa kelompok menurut kelas sekolah formalnya yaitu kelompok kelas TKA (pra TK, TK dan 1 SD), kelompok kelas 2 SD, kelompok kelas 3, kelompok kelas 4 SD, kelompok kelas 5 SD, kelompok kelas 6 SD, dan kelompok yang sudah SMP. Dibawah ini tabel daftar jumlah santri:


Tabel 3
Tabel Daftar Jumlah Santri TPA Baitul Himah Purwokerto
Tahun Ajaran 2009/2010
Kelas Santri
Laki-laki Perempuan Aktif Non Aktif Jumlah
TKA Pra TK/ TK 6 8 5 9 14
1 SD 14 12 10 16 26
TPA A 2 SD 8 9 3 14 17
3 SD 18 18 8 28 36
TPA B 4 SD 15 21 8 28 36
5 SD 6 15 7 14 21
6 SD 8 7 4 11 15
SMP 8 7 6 9 15
Jumlah 83 97 51 129 180
180 180
Total
(Sumber: Dokumentasi TPA Baitul Hikmah Purwokerto, dikutip tanggal 14 Desember 2009)
Jumlah santri tiap kelas tersebut di atas tidak selalu tetap, artinya sewaktu-waktu dapat berubah karena ada yang sering berangkat, ada yang jarang berangkat dan sama sekali tidak berangkat. Proses pembelajaran setiap hari senin, rabu, dan jum’at. Untuk kelas TKA dimulai pukul 13.30 s/d 14.30 WIB, sedangkan kelas TPA A dan TPA B pukul 15.30 s/d 17.00 WIB. Rata-rata anak yang belajar di TPA Baitul Hikmah Purwokerto adalah anak-anak desa tersebut yaitu Purwokerto Wetan, tetapi ada juga beberapa anak yang berasal dari luar desa tersebut. (Sumber: Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Siti Nurhidayati, pada tanggal 14 Desember 2009).

F. Sarana dan Prasarana
TPA Baitul Hikmah yang digunakan sebagai tempat mengaji anak-anak sudah memiliki gedung tersendiri yang dilengkapi dengan tempat wudlu dan kamar kecil, walaupun masih dalam proses pembagunan. Serta ruangan yang berisi baju seragam dan perlengkapan wisuda santri.
Sedangkan sarana dan prasarana yang digunakan untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar adalah :
1. Meja santri
2. Meja ustadz
3. Papan tulis
4. Papan mading
5. Komputer
6. Almari
7. Baju-baju wisuda santri
8. Baju-baju olah raga
9. Al-Qur’an, Iqra serta buku-buku pelajaran dan buku-buku cerita Islam
10. Gambar petunjauk shalat, wudlu, dan tayamum. (Sumber: Wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Siti Nurhidayati, pada tanggal 14 Desember 2009).

G. Kurikulum
TPA Baitul Hikmah Purwokerto telah memiliki kurikulum sendiri yang dibuat dengan sederhana. Karena lembaga ini bergerak pada pendidikan Al-Qur’an, maka materi pelajaran lebih ditekankan pada membaca Al-Qur’an. Sebagaimana tercantum dalam tujuan kurikulumnya yaitu menyiapkan generasi Qur’ani sejak dini, yaitu generasi yang mampu dan gemar membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, memahaminya, menghayatinya serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun materi yang yang disampaikan terdiri dari:
1. Materi pokok
Belajar membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar sesuai dengan kaidah hukum tajwid. Untuk materi ini buku yang dipakai adalah buku iqra, turutan, Al-Qur’an dan lain-lain.
2. Materi penunjang lain
Untuk merealisasikan tujuan atau target kurikulum yang isinya bahwa santri mampu dan rajin melaksanakan shalat fardhu dengan baik dan benar, mampu hafal dan memahami doa-doa, surat-surat pendek, serta berakidah dan berakhlak Islam. Maka bentuk realisasinya dalam materi penunjang meliputi materi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdiri dari akidah dan akhlak, ilmu tajwid, hafalan bacaan dan praktek shalat, hafalan surat pendek dan ayat-ayat pilihan, hafalan adab dan doa sehari-hari serta hadits, menulis arab, tajwid, tarikh, BCM (bermain, cerita, dan menyanyi).
Metode pengajarannya disesuaikan dengan materi pembelajaran yang ada pada TPA Baitul Hikmah Purwokerto yang meliputi dua tahap yaitu klasikal dan privat. Pada tahap klasikal, kelas dipimpin oleh ustadz/ ustadzah yang sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Sedangkan pada saat privat, santri dibimbing oleh ustadz/ ustadzah yang bertugas untuk memprivat.



BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum penulis menyajikan data hasil penelitian, maka terlebih dahulu penulis terangkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah umum
Yaitu langkah-langkah yang penulis ambil sebelum penulis melakukan eksperimen:
a. Mengadakan observasi di TPA Baitul Hikmah Purwokerto untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini seperti nama-nama siswa, jumlah siswa, proses pembelajarannya, keadaan sarana prasarana dan lain sebagainya.
b. Menentukan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian, yaitu kelas TPA A (kelompok kelas 3 SD) dan TPA B (kelompok kelas 4 SD).
c. Penulis menjadikan kelas TPA A (kelompok kelas 3 SD) sebagai kelas eksperimen, dan kelas TPA B (kelompok kelas 4 SD) sebagai kelas kontrol, dengan membuat jadwal penelitian untuk dua perlakuan (treatment) pada setiap kelas yang dijadikan subjek penelitian. Yaitu: pada treatment pertama menggunakan media gambar dan pada treatment kedua tidak menggunakan media gambar.
d. Menguji validitas dan reliabilitas tes, yaitu dengan mengadakan try out di TPA Baiturrohmah Sokanegara-Purwokerto.
e. Membuat jadwal pelaksanaan eksperimen. Adapun jadwal eksperimennya adalah sebagai berikut: skripsi pai pengaruh metode gambar

skripsi pai tentang puasa

skripsi pai tentang puasa | A. JUDUL
UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN PAI POKOK BAHASAN PUASA MELALUI METODE PROBLEM POSING SISWA KELAS V SD NEGERI 05 KEJENE

B. LATAR BELAKANG MASALAH
skripsi pai pai tentang puasa | Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku atau yang diajarkan oleh guru.
Disamping itu pula, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya bisanya mereka akan merasa cukup puas bila mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Muhibbin Syah (1999: 59) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam artian, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik.
Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar. Meskipun dari proses belajar tersebut selain muncul dampak yang positif juga akan muncul dampak negatif. Dalam perspektif Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Seperti halnya yang dijabarkan dalam Al Qur’an Surat Al Mujadalah ayat 11:

Artinya: “….Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu.”
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia di muka bumi merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang, sejahtera dan bahagia menurut konsep dan pandangan hidup mereka.
Arifin M. dan Aminudin Rasyad (1992: 1) berpendapat bahwa untuk memajukan kehidupan mereka itu, pendidikan menjadi sasaran utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten, berdasarkan berbagai pandangan teoritikan dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan kehidupan manusia.
Sedangkan yang dimaksud dengan minat merupakan keinginan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Dalam artian minat adalah keinginan untuk merubah sesuatu yang tadinya ada menjadi ada, yang tadinya mampu menjadi mampu, dan yang tadinya tidak mengerti menjadi faham.
Menurut Muhibbin Syah (1999: 35) berpendapat bahwa pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan) adalah upaya menumbuhkembangkan sumber daya manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi.
Merupakan tugas pokok para pendidik atau guru untuk membangkitkan minat siswa dalam kegiatan belajar mereka, baik itu belajar yang bersifat formal yaitu proses belajar yang dilaksanakan di sekolah ataupun informal yaitu proses belajar yang dilaksanakan di luar sekolah yang sering didapat dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa pada lingkungan atau kehgidupan sosialnya.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana hasil pembelajaran PAI Pokok Bahasan Puasa melalui metode Problem Possing. Pada kesempatan kali ini, penulis akan meneliti siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 KejeneKecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang.

C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

    Bagaimana minat belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam?
    Bagaimana interaksi sosial yang dilakukan siswa di dalam lingkungan sekolah dan di dalam lingkungan masyarakat?
    Bagaimana pengaruh minat belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam terhadap interaksi sosial yang dilakukan siswa baik di dalam lingkungan sekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat?


D. TUJUAN PENELITIAN
Pada dasarnya setiap penelitian itu mempunyai tujuan. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan oleh penulis ini bertujuan untuk mengetahui:

    Realitas Hasil Pembelajaran PAI Pokok Bahasan Puasa pada kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 KejeneKecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang.
    Realitas interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa baik di dalam lingkungan sekolah ataupun di dalam lingkungan masyarakat.
    Realitas pengaruh minat belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam terhadap interaksi sosial yang dilakukan siswa baik di dalam lingkungan sekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat.

E. KERANGKA PEMIKIRAN
skripsi pai pai tentang puasa | Dalam proses belajar-mengajar dibutuhkan komunikasi antara guru dan peserta didik yang memadukan dua kegiatan, yaitu kegiatan mengajar (usaha guru) dan kegiatan belajar (usaha murid). Guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar, karena seringkali kegagalan pengajaran disebabkan oleh lemahnya sistem komunikasi yang terjalin antara guru dengan pebelajar.
Guru merupakan faktor ekstrinsik yang harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individu dan memberikan arah serta motivasi untuk pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Samsu Yusuf (1993: 14) mengemukakan bahwa bila guru menggunakan waktunya di kelas untuk membangkitkan motivasi siswa, berarti waktu itu telah diinvestasikan kepada hal yang bermakna bagi masa depan siswa.
Selain sebagai motivator, seorang guru tidak terlepas dari tugasnya untuk menyampaikan materi pelajaran, hal itu merupakan salah satu kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Agar dalam proses belajar mengajar tercipta keberhasilan, maka seorang guru harus bisa membangkitkan minat belajar peserta ajar (pebelajar).
Pentingnya membangkitkan minat dan keinginan pada proses belajar mengajar khususnya pada bidang studi Pendidikan Agama Islam tidak dapat dipungkiri, karena dengan mebangkitkan minat yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat lagi belajar.
Sejalan dengan itu, Abu Ahmadi (1997: 111) mengemukakan bahwa barang siapa yang bekerja berdasarkan minat dan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan dan memelihara memelihara minat belajar siswa dengan tujuan pencapaian keberhasilan pada proses belajar mengajar yang maksimal.
Selain meningkatkan minat belajar siswa dalam proses belajar mengajar, guru juga bertugas memperhatikan kegiatan yang di lakukan oleh siswa baik itu yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah ataupun di dalam lingkungan masyarakat. Karena seorang guru selain bertugas menyampaikan bahan ajaran juga bertugas sebagai orang tua yang mengasuh, memperhatikan, serta menjaga siswanya.
Interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa akan sangat berpengaruh terhadap prestasi yang akan dicapai olehnya, karena lingkungan sosial sangat berperan aktif dalam pembentukan karakter seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain, interaksi tersebut dapat berupa interaksi yang berlangsung dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya.
Oleh karenanya, apabila minat belajar pada siswa itu tinggi serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari maka interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa pasti akan baik pula, sebaliknya apabila minat belajar pada siswa itu rendah sekaligus dalam pengamalan sehari-harinya kurang maka interaksi sosialnya pun pasti akan tidak sempurna.
Seorang anak yang rajin belajar akan lebih aktif bertanya dan mencari informasi yang dianggapnya penting dan dibutuhkan dibandingkan dengan anak yang malas. Dalam pencarian informasi tersebutlah interaksi sosial itu berlangsung.

F. KONDISI OBJEKTIF LOKASI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang, menurut penulis sekolah ini lokasinya sangat strategis berada.
Selain itu, pertimbangan penulis menggunakan Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene sebagai lokasi penelitian yakni memudahkan akomodasi dan transpostasi dalam pengambilan data penelitian, karena jarak rumah penulis dengan lokasi penelitian lebih kurang 1 km dan hanya memerlukan waktu 15 menit dari rumah penulis untuk sampai ke lokasi penelitian.
Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene berada DI Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang, luas tanah Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene II 1.145 m2 dengan memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang kelas ABK, 1 lokal kamar kecil ,1 lokal ruang tempat ibadah / Mushola, dan 1 lokal rumah dinas penjaga.

G. KAJIAN TEORITIS
1. Minat

    Pengertian Minat
    Indikator Minat

2. PAI Sebagai Salah Satu Mata Pelajaran di Sekolah Dasar
3. Interaksi Sosial

    Pengertian Interaksi Sosial
    Jenis-jenis Interaksi Sosial
    Indikator Interaksi Sosial

4. Hubungan Antara Minat Siswa dalam Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Interaksi Sosial

H. METODE, POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENELITIAN
1. Metode
Dalam penelitian ini penulis menggunakan yaitu metode deskriptif yaitu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan hasil penelitian apa adanya. Dengan alasan masalah yang akan diteliti adalah suatu masalah yang sedang berlangsung, yaitu penelitian pada kegiatan yang diselenggarakan rutin secara akademik.
2. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1992: 102) menyatakan bahhwa pupulasi adalah keseluruhan objek penelitian. Berdasarkan batasan tadi, maka dapat ditetapkan bahwa populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri Pajajar II mereka seluruhnya berjumlah 138 orang.
3. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1992: 104) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam kaitannya dengan penarikan sampel jika subjek lebih dari 100 orang maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Maka dari jumlah populasi sebanyak 138 orang diambil untuk dijadikan sampel yaitu 76 orang. Untuk lebih memudahkan penulis pengambilan sampel ini hanya dilakukan pada kelas IV, V, dan VI.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik penelitian, adapun teknik penelitian yang penulis digunakan dalam penelitian ini yaitu diantaranya:

    Angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh objek penelitian. Sebab angket menurut Suharsimi Arikunto (1992: 124) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari tanggapan siswa dan merupakan laporan tentang hal yang diketahuinya. Dengan demikian angket itu bisa berupa pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan. Pelaksanaannya dengan cara menyandarkan suatu daftar pertanyaan dan jawaban kepada sejumlah siswa untuk mendapatkan tanggapan mengenai minat siswa dalam belajar khususnya bidang studi Pendidikan Agama Islam yang hubungannya dengan interaksi sosial mereka.
    Observasi. Observasi yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan disertai penelitian secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Teknik ini dimaksudkan untuk mendekati kenyataan praktis yang berlangsung di lokasi penelitian, karena itu teknik ini akan diarahkan untuk melihat gambaran umum lokasi penelitian. Selain itu akan diteliti pula berbagai masalah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
    Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan ini digunakan sebagai data pelengkap primer untuk memperoleh pembendaharaan kerangka pemikiran dengan cara mengutif langsung atau menyimpulkan langsung dari buku yang berkaitan dengan judul proposal ini.


5 Teknik Analisis Data
Setelah data tentang minat siswa dalam belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam serta data tentang interaksi sosial di masyarakat telah terkumpul, maka akan diadakan analisis data. Sehubungan dengan penelitian ini melibatkan dua variabel, sehingga penyusun mengadakan analisis data secara logika serta mengadakan analisa dengan menggunakan pendekatan statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

rxy : angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y : jumlah dari hasil perkalian antara deviasi dari sekor-sekor variabel X (yaitu: x) dan deviasi dari sekor-sekor variabel Y (yaitu: y)
SDx : deviasi standar dari variabel X
SDy : deviasi standar dari variabel Y
N : number of chase

DAFTAR PUSTAKA

    Ahmadi, Abu. dkk. (1997). Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
    Arikunto, Suharsimi. (1992). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
    Departem Agama RI. (1989). Al Qur’an dan Terjemah, Gema Risalah, Bandung.
    M, Arifin, dan Rasyad, Aminudin. (1992). Dasar-dasar Kependidikan, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta.
    Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Belajar, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
    Yusuf, Syamsu. (1993). Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan PBM, CV. Andira, Band | skripsi pai pai tentang puasa

skripsi pai hubungan

skripsi pai hubungan |  ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA ARAB PADA MATA KULIAH ISTIMA’ I (Studi Analisis Deskriptif Pada Mahasiswa Tingkat I Program Pendidikan (PAI-03)
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi (Sumarsono, 2004: 18). Bahasa juga berfungsi sebagai alat yang digunakan seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Dengan bahasa manusia bisa membentuk masyarakat dan peradaban. Andaikata tidak ada bahasa, maka dia tidak akan dapat melakukan hal tersebut di atas. Atas dasar inilah maka sangat wajar bila kita mengatakan bahwa semua aktivitas yang kita lakukan sepanjang hidup kita selalu membutuhkan bahasa.

skripsi pai hubungan | Kebanyakan orang belajar lebih dari satu bahasa. Seseorang mungkin dapat mengetahui atau belajar dua bahasa atau lebih dari permulaan hidupnya. Yang lebih terbiasa ialah bahwa dia belajar bahasa kedua atau bahasa asing sesudah sistem bahasa pertamanya mantap.
Tidak dapat di sangkal, bahwa seseorang yang mempelajari suatu bahasa asing akan mendapati kesulitan-kesulitan, yang mana kesulitan-kesulitan ini dapat diperkecil apabila dia memiliki faktor-faktor pendorong yang sangat kuat atau dengan kata lain dia memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari bahasa tersebut.

Oleh karena kajian bahasa tidak cukup dengan mengenali ciri-ciri konstruksi bahasa, tetapi ia harus lengkap dengan mengenali fungsi dalam kerangka masyarakat (Hamdani, 2004: 7). Maka seseorang yang ingin mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing di tuntut untuk memiliki keterampilan-keterampilan berbahasa, yang mana keterampilan ini dapat dia kembangkan dan kuasai sesuai dengan motivasinya dalam mempelajari bahasa keduanya.
Rajiman membagi keempat keterampilan tersebut di atas kepada keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan 1986 :1). Keempat aspek tersebut sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Bahasa asing dapat dengan mudah dipelajari bila dibandingkan dengan mempelajari bahasa dari suatu daerah. Dengan maksud, para pembelajar dapat mempergunakan empat keterampilan berbahasa dilingkungan penuturnya. Oleh karena itu, empat keterampilan berbahasa ini dapat dipelajari dan dipergunakan.

Menyimak dalam proses berbahasa merupakan keterampilan pemula yang harus dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari suatu bahasa. Keterampilan ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Hal ini dipertegas oleh Dawson sebagaimana yang di kutip oleh Tarigan bahwa melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir”. (Tarigan, 1986:1)

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang lambat laun mulai dipelajari oleh para pembelajar di dunia. Di Indonesia pun bahasa ini mulai dipelajari, terlebih lagi bahwa mayoritas masyarakatnya beragama Islam, yang mana mereka memiliki kitab Al-Qur’an yang diturunkan dengan bahasa Arab.

Salah satu perbedaan bahasa Arab dengan bahasa lainnya yaitu bahwa bahasa ini memiliki banyak kata-kata ambigu, dan tidak jarang satu kata mempunyai dua atau tiga arti yang berlawanan. Tapi, dalam saat yang sama seseorang dapat menemukan kata yang tidak mengandung kecuali satu makna yang pasti saja. (Shihab, 2001: 98)

Bagi pembelajar Indonesia, menyimak bukanlah suatu hal yang dapat di anggap mudah. Hal ini dikarenakan dalam setiap harinya kesempatan untuk menyimak bahasa Arab sangatlah sedikit. Dan bagi pembelajar bahasa Arab, masalah yang dihadapi pada saat mempelajari Istima’ biasanya adalah suara, kosakata, struktur kalimat dan sebagainya.

Selain kesulitan dalam hal berbahasa, banyak kesulitan lain yang muncul dalam mempelajari Istima’. Kesulitan ini dapat berupa permasalahan yang berasal dari diri pribadinya (instrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik), kesulitan lainnya pun dapat disebabkan dari hal-hal yang menghambat pada Proses Belajar Mengajar (PBM), seperti kurangnya fasilitas pendukung kelancaran PBM, terlampau banyaknya jumlah mahasiswa dalam satu kelas, kurangnya motivasi, ketidakhadiran dosen dan sebagainya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian seputar kesulitan mempelajari bahasa Arab. Penelitian ini berangkat dari pengalaman penulis yang kerap kali mendapatkan kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab dalam mata kuliah Istima’. Dengan alasan inilah, maka peneliti memberi judul penelitian: Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Arab Pada Mata Kuliah Istima’ I (Studi Analisis Deskriptif Terhadap Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2004/2005

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
You might also like: skripsi pai hubungan |

    Tingkat Perbandingan Bahasa Indonesia, Arab, Dan Inggris (PAI-13)
    Tingkat Perbandingan Bahasa Indonesia,Arab,Dan Inggris (AI-60)
    Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Ibtidaiyah Miftakhul Huda Temanggung Siswa Kelas V (PBA-6)
    Prilaku Sifat Dan Mausuf Dalam Hubungan Sintaksis Bahasa Arab (PAI-12)
    Prilaku Sifat Dan Mausuf Dalam Hubungan Sintaksis Bahasa Arab (PBA-3)

skripsi pai bimbingan

skripsi pai bimbingan |  Usaha Orang Tua Dalam Pembinaan Pendidikan Agama Anaknya Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Amuntai Selatan Kab Hulu Sungai (PAI-4)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul
skripsi pai | | Dalam rangka membangun negara kita ini, maka sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Terlebih lagi dalam pemilikan kepribadian yang dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai hal ini adalah dengan melalui proses pendidikan.


Untuk mencapai cita-cita tersebut dilaksanakan satu sistem pendidikan Nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 tentang pendidikan nasional yaitu :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ,bertyujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa,berakhlak mulia ,sehat ,berilmu ,cakap kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang demograsi serta bertanggung jawab1

Untuk membentuk manusia yang berkualitas sebagaimana tujuan diatas, bukanlah hal yang mudah tetapi harus diusahakan dengan kerja keras dan pengorbanan yang tidak sedikit. Salah satu cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut adalah lewat jalur pendidikan..

Pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat. Atas dasar inilah maka pendidikan di negara kita dibedakan kepada dua jalur, yaitu jalur sekolah dan jalur luar sekolah.

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak-anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.

Pertama-tama seorang anak menerima pendidikan adalah dalam keluarga, maka baik tidaknya situasi dalam keluarga akan sangat berpengaruh bagi setiap pribadi anak, kepada orang tua diberikan amanah untuk memelihara dan mendidiknya. Firman Allah dalam Surah At-Thahrim ayat 6 :
يَا أيـُّهَـا الّــذِ يـْـنَ أ مَـنـُوْا قـُوآ اَ نـْــفـُـسَــكـُـمْ وَا َهْـلِــيْـكـُـمْ نـَـارًا وَقـُـوْدُهـَا الــنـَّـا سُ وَالـْحِـجـَـــا رَة ُ عـَلـَيـْــهَا مَـلـَــئِــكـَـــة ٌغِـــــلا ظ ٌ شِــــــدَا د لآ يـَعـْـصُـــوْ نَ ا للـّــــهَ مـَـــــآ أمَـــرَهـُـــمْ وَيـَــفـْـعـَـلـُـــوْن َمـَــــا يـُــؤ مـَــــــرُوْنَ ( أ لـتـحـريـــم :2 )
Kemudian sabda Nabi SAW :
عـن أبى هــــريــرة أ نـــه كـــان يــــقــول قـال : رســــول ا للـــه صـــلى ا للــه عـلـيــه وســلــم : مَــا مِـنْ مَـوْ لُـوْدٍ إلاّ يـُوْ لـَـدُ عَـلىا لـفِــطْــرَةِ فـَـأبَـوَاهُ يـُهَـــِوّدَا نِــهِ وَيُــــنَـصِّــــرَا نِـــــهِ وَيُــمَــجِّــسَـــــا نِـــــهِ ( رواه مـســـلــم ( 2
Dari kutipan ayat dan hadits datas dapatlah kita ketahui bahwa betapa tegasnya ajaran Islam yang menyangkut tanggung jawab orang tua dalam melaksanakan pendidikan agama kepada anak-anaknya, dan juga orang tualah yang menjadi penentu apakah anaknya nanti menjadi orang Islam atau tidak tergantung pada pendidikan orang tua dalam keluarga. Karena itulah orang tua harus dapat menciptakan suasana dan kesan yang terbaik sehingga menjadi panutan bagi anak-anaknya.

Pendidikan agama harus secara dini diberikan kepada anak-anak, karena dengan pendidikan agama itulah nanti akan menjadikan anak mempunyai pedoman dan pandangan serta arahan bagi anak-anaknya untuk masa depan mereka. Juga tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua, apakah itu diakuinya secara sadar atau tidak, diterimanya dengan sepenuh hati atau tidak, hal itu adalah merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah kepada orang tua. Mereka tidak bisa mengelakan tanggung jawab itu, karena menjadi amanat Allah SWT yang dibebankan kepada mereka.

M. Arifin mengemukakan bahwa pendidikan itu hakekatnya adalah “Ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia supaya berkembang sampai titik maksimal yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan”3
Karena itulah perlunya pada masa dini anak-anak betul-betul dibiasakan dan dilatih serta dibimbing secara mantap. Lain halnya dengan orang tua yang berpandangan sempit, dan menanggap pergi ke sekolah hanya pekerjaan yang ringan, tidak perlu banting tulang dan peras keringat. Sehingga bila anak pulang sekolah terus diajak bekerja. Bahkan tidak jarang anak-anak kecil tersebut disuruh membolos dari sekolah, demi membantu orang tuanya di sawah. Biasanya ini terjadi pada musim tanam atau musim panen padi.

Melihat dari persoalan di atas dan berdasarkan penjajakan pertama serta mengalaman secara umum, menunjukkan bahwa usaha orang tua terhadap pembinaan agama kepada anaknya pada Sekolah Mengangah pertama Negeri 2 Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara ini masih belum terlaksana dengan baik, hal ini dapat dilihat dari aspek ibadah, baik shalat, puasa, membaca Al-Qur’an.

Karena itulah penulis merasa tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh hal tersebut, sehingga disusunlah menjadi sebuah skripsi dengan judul “USAHA ORANG TUA DALAM PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 KECAMATAN AMUNTAI SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA”

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
You might also like: skripsi pai |

    ANAK PUTUS SEKOLAH DAN CARA PEMBINAANNYA DI KECAMATAN JANGKA KABUPATEN BIREUEN (PAI-01)
    PENGARUH PARTISIPASI ORANG TUA SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 13 SENDAWAR KECAMATAN MUARA PAHU (P-39)
    Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani (Studi Tentang Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Di Desa Badakarya, Kecamatan Punggelan, (SO-3)
    PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA (P-03)
    PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA GELANDANGAN (Studi Kasus di Pekojan Kelurahan Jagalan Kecamatan Semarang Tengah) (P-66)

skripsi pai

skripsi pai |  Contoh Skripsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam
Dibukanya Jurusan Pendidikan Agama Islam adalah adanya kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak terhadap mutu pendidikan agama Islam, perbaikan kondisi masyarakat dari gejala degradasi moral, dan tersedianya para pendidik Muslim yang profesional. Dengan mendasarkan pada latar belakang tersebut, Jurusan Pendidikan Agama Islam menghendaki para lulusannya berkompeten dalam penguasaan landasan dan wawasan pendidikan, penguasaan substansi kajian pendidikan agama Islam, dan pengembangan kepribadian dan keprofesionalan

skripsi pai | Terkadang sebagai mahasiswa, Anda bingung ketika akan mengerjakan tugas akhir atau skripsi, terutama ketika menentukan judul. Sehingga Anda perlu mencari inspirasi untuk judul sripsi yang akan Anda buat.

Buat teman-teman yang kebetulan lagi sibuk mikirin tentang pembuatan judul Skripsi Pendidikan Agama Islam, lagi mencari contoh Skripsi Pendidikan Agama Islam gratis. mudah-mudahan contoh Skripsi Pendidikan Agama Islam ini dapat membantu anda dalam membuat skripsi Pendidikan Agama Islam yang anda jalani.

Berikut Contoh Skripsi Pendidikan Agama Islam Lengkap. Klik Judulnya untuk melihat isinya.





Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
You might also like: skripsi pai |

    Pluralisme Agama Dan Implementasinya Dalam Pendidikan Islam (Perspektif Al Qur’an) (AI-65)
    Demokrasi Terpimpin Dalam Pemikiran Idham Chalid (AI-14)
    Contoh Skripsi Agama Islam
    Usaha Orang Tua Dalam Pembinaan Pendidikan Agama Anaknya Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Amuntai Selatan Kab Hulu Sungai (PAI-4)
    Pendidikan Pondok Pesantren Tradisonal dalam Persepktif Pendidikan Islam Indonesia

sidang skripsi pai

sidang skripsi pai |  Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Pembinaan Kepribadian Siswa Di Mts. Nurul Huda Desa Nyerot Kecamatan Jonggat Lombok Tengah (PAI-6)
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
sidang skripsi pai | Masalah Akhlaq adalah merupakan suatu masalah yang sangat mendasar bagi setiap pribadi muslim dalam kehidupan sehari-hari yang mampu mewarnai segala sikap dan perilakunya baik ketika berhubungan dengan manusia maupun ketika berhubungan dengan alam sekitar, terlebih lagi dalam berhubungan dengan Allah SWT. menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki sifat dan tingkah laku yang kadang kala dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Maka sangat dibutuhkan adanya kepribadian, sehingga ia akan selalu berada dalam rel kebenaran walaupun dalam situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga, baik yang datang dari dirinya maupun dari luar. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya satu bangsa dan masyarakat adalah bergantung kepada bagaimana akhlaknya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak) rusaklah lahir dan batinnya.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, para pendidik harus selektif dalam memilih dan memikirkan moral yang harus dikembangkan dan dibina pada anak didik. Karena hal itu tidak cukup hanya dengan mengisi ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya pada anak didik atau hanya menekankan segi intelektual saja.

Oleh karena itu pembentukan kepribadian muslim hendaknya harus dalam setiap lembaga pendidikan, sehingga nantinya mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengembangan diri di tengah-tengah masyarakat, dengan harapan semoga anak didik menentukan bagaimana selayaknya dalam mengadakan hubungan dengan Allah SWT. Sehingga kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat dapat tercapai.

Dalam kaitannya dengan hal ini, para filosof Islam mengatakan bahwa betapa pentingnya periode anak dalam menentukan pribadi/budi pekerti dan pembiasaan anak kepada tingkah laku yang baik pada masa kecilnya. Para filosof Islam juga berpendapat bahwa pendidikan anak sejak kecilnya harus mendapatkan perhatian yang penuh.

Pembentukan kerohanian atau kepribadian yang utama di waktu kecilnya harus mendapat perhatian yang penuh, sangatlah penting artinya bagi perkembangan anak. Karena apabila anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya akan sukar untuk meluruskannya. Hal tersebut akan menjadi konotasi bahwa pendidikan yang baik wajib dimulai dari rumah dalam keluarga, sejak anak masih kecil, agar jangan sampai anak-anak tanpa pendidikan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk, dan bahkan sejak waktu kecilnya ia harus dididik, sehingga anak tidak terbiasa dengan adat yang kurang baik. Anak-anak bila dibiarkan saja, tidak diperhatikan, tidak dibimbing, maka ia akan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik.

Untuk membentuk moral dan akhlak, maka terdapat beberapa metode antara lain:
1.                  Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara menggunakan petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan bahaya sesuatu. Di samping itu anak hendaknya dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat, menuntun anak kepada amalan-amalan yang baik, mendorong mereka untuk berbudi pekerti yang luhur dan menghindari hal-hal yang tercela.
2.                  Pendidikan secara tidak langsung yaitu dengan jalan sugesti seperti pemberian nasehat-nasehat yang berharga seperti cerita yang baik, sehingga anak akan tertarik dan berusaha untuk meneladaninya.
3.                  Mengambil manfaat dari kecenderungan pembawaan anak-anak dalam rangka pembentukan kerohanian yang luhur atau kepribadian yang utama. Sebagai contoh mereka memiliki kesenangan meniru kesenangan-kesenangan perbuatan atau gerak gerik orang-orang yang berhubungan dengannya (Al-Abrasy, 1987: 106).

Keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, dapat dilihat dari sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai setelah berlangsungnya proses pengajaran. Oleh karena itu guru harus merumuskan tujuan-tujuan mengajarnya dengan jelas, kongkrit dan sebaik-baiknya demi perubahan anak didik, baik pengetahuan, percakapan, nilai sikap dan tingkah laku, atau kepribadian maupun ketrampilan-ketrampilan.

Dalam hal ini tujuan pendidikan Akhlaq di Madrasah Tsanawiyah adalah merupakan petunjuk, arah, dan sasaran yang hendak dicapai. Tujuan ini menempati kedudukan sentral atau penting sekali, karena merupakan tujuan akhir yang harus dicapai dalam setiap kegiatan dalam proses belajar mengajar, sebab kedudukannya merupakan kegiatan yang bertujuan, terarah dan dilaksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan secara menyeluruh, baik tujuan intruksional maupun tujuan Pendidikan Nasional.

Menilik semua hal di atas, MTs. Nurul Huda Desa Nyerot Kecamatan Jonggat Lombok Tengah dalam membina kepribadian siswa dititik beratkan pada pendidikan Akhlaq. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengangkat bahan penelitian tentang “Peranan Pendidikan Akhlaq dalam Pembinaan Kepribadian Siswa di MTs. Nurul Huda Desa Nyerot Kecamatan Jonggat Lombok Tengah”.

Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
You might also like: sidang skripsi pai

    Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Pembinaan Kepribadian Siswa Di Mts. Nurul Huda Desa Nyerot Kecamatan Jonggat Lombok Tengah (AI-33)
    Pelaksanaan Pendidikan Aqidah Akhlak Di Mts. Al-Musyawirin Berembeng Desa Pengenjek Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah (PAI-7)
    Strategi Pengembangan Agribisnis Lebah Madu Di Kecamatan …(PRT-43)
    Pelaksanaan Pendidikan Aqidah Akhlak Di Mts. Al-Musyawirin Berembeng Desa Pengenjek Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah (A-34)
    Penggunaan Power Thresher dalam Upaya Memperoleh Nilai Tambah Hasil Panen Padi Sawah ( Studi di Kelurahan Kebonagung Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember) (PRT-99)